
Our Story
Pertemuan pertama kami terjadi di sebuah expo organisasi di kampus 3 Universitas Sanata Dharma. Sebagai seorang presenter salah satu organisasi, tentunya mudah bagi saya (Pika) untuk melihat ke arah semua audience. Tampak dari kejauhan seorang mahasiswi yang langsung menarik perhatian saya, dialah Vero. Kami pun saling berjabat tangan untuk pertama kalinya.
Masa perkenalan kami, dipenuhi dengan momen yang sangat bermakna bagi kami berdua. Dimulai dari momen kami berdinamika bersama di organisasi Fakultas. Sampai pada momen saya memutuskan untuk mengutarakan perasaan saya kepada Vero dalam sebuah mobil Kijang Rover di pinggir sebuah jalan. Ternyata keseriusan saya ini tidak diterima dan juga tidak ditolak oleh Vero. Ia mengatakan bahwa dirinya harus izin kepada orangtua terlebih dahulu untuk berpacaran. Ya, itulah perjuangan seorang laki-laki menunjukkan keseriusan cintanya. Hahaha. Di dalam hati saya berkata,”Ini baru permulaan”.
Hubungan dengan Vero bagi saya adalah hubungan yang lengkap dan seimbang. Saya merasa sangat penuh, matang, dan bermakna. Kami tidak selalu mengalami perasaan yang menyenangkan, di sisi lain kami juga tidak selalu mengalami perasaan yang menyedihkan atau mengecewakan. Kami memiliki cara yang khas dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan. Contohnya ketika Ibunda Vero sakit. Hubungan kami menjadi sangat sulit dan terbatas. Komitmen kami sangat diuji. Sempat akan terucap kata “menyerah”, tetapi baik saya maupun Vero selalu melibatkan Tuhan dalam keadaan-keadaan sulit tersebut. Tuhan pun selalu menyertai hubungan dan komitmen kami.
Proses lamaran diawali dengan momen saya memberikan hadiah cincin dan kalung kepada Vero. Tentunya hadiah tersebut sudah saya pikirkan dengan sangat matang, baik waktu maupun jenis barangnya. Dengan tujuan supaya maksud hati saya benar-benar tersampaikan kepada Vero. Puji Tuhan, Vero langsung menerima keseriusan saya (tidak seperti awal pacaran). Ya, tentunya karena masa pacaran kami yang sudah menginjak angka 9 tahun. Hahaha. Kami pun melanjutkan proses pertemuan keluarga dengan tema Jepang yang unik. Ya inilah kami, “We broke the rules, defied expectations, and danced to the beat of our own hearts” (Kami melanggar aturan, menentang harapan, dan berdansa mengikuti irama jantung kami sendiri).
Tentunya saya berharap supaya rasa saling mengasihi dapat tumbuh setiap hari di keluarga saya dan Vero. Inilah kekhasan saya dan Vero : "We didn't follow the traditional path to 'happily ever after.' Instead, we forged our own trail, hand in hand, through uncharted territory" (Kami tidak mengikuti jalan tradisional menuju 'hidup bahagia selamanya.' Sebaliknya, kami menempa jalan kami sendiri, bergandengan tangan, melalui wilayah yang belum dipetakan).